2017 ACEH MEURAMAH LOM
Oleh: Farhadi
( Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh)
Tahun depan, 2017, Aceh memiliki ajang
penting, yaitu Pemilukada Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh. Hingga awal 2016 sejumlah
kandidat telah mendeklarasikan diri akan maju dalam bursa Pemilukada 2017.
Mereka adalah Muzakir Manaf (Partai
Aceh), Irwandi Yusuf (Partai Nasional Aceh), Zakaria Saman (calon independen). Semenatara
Tarmizi Karim masih remang remang tak jelas, apakah akan maju dan melaui partai
apa. Jadi yang bersangkutan belum layak diperbincangkan dalam bersa Pemilukada.
Dari tiga kandidat yang sudah mengemuka
semuanya adalah eks kombatan. Mereka adalah satu umpueng atau satu asal usul, yaitu mantan aktivis Gerakan Aceh
Merdeka (GAM). Artinya, cara berpikir, cara bertindak dan sebagainya mereka
tetap sama. Jadi, ke depan siapa pun yang terpilih dari mereka bertiga
kemungkinan nasib rakyat Aceh akan terulang kembali.
Selain mereka
Dr. H. Zaini Abdullah yang menjabat gubernur sekarang juga mengatakan secara
terbuka dirinya siap untuk maju lagi di pilkada 2017, jika dia terpilih lagi sebagai gubernur aceh di
tahun 2017 nanti, akan mewujudkan janji-janji yang pernah dia katakan pada
kampanye cagub 2012, dan akan menyelesaikan semua persoalan-persoalan di aceh. Jika mereka terpilih kembali pada pemilu kada
tahun 2017 kemungkinan masyarakat aceh
akan merasakan kembali nasip yang sama seperti sekarang.
Selama Aceh di pimpin oleh pemerintah ZIKIR,
masyarakat belum semuanya merasakan kesejahteraan, malah rakyat lebih sensara
dan angka kemiskinan pun bertambah di aceh. Dari Lembga Kajian Institute For
Development Of Acehnese Society (IDEAS) menyebutkan, tingkat kemiskinan di aceh
berada satu digit di atas propinsi bengkulu (17,16%) yang menepati juru kunci
propinsi termiskin di sumatra,aceh termasuk 7 propinsi termiskin di indonesia.
Badan pusat statistik (BPS) Aceh
mencatat,jumlah penduduk miskin di Aceh per september 2015 mencapai 859 ribu
orang atau 17,11 persen. Angka ini bertambah delapan ribu orang di banding
jumlah orang miskin pada maret lalu.
Meski ada partai politik nasional (parnas) dan
partai politik lokal (parlok) yang menyatakan secara terbuka menyatakan dukungan
untuk calon gubernur yaitu Golkar,
Nasdem, dan PKS. Ditengah makin ramainya bursa cagub aceh untuk bertarung di
pilkada 2017, partai amanat nasional (PAN) mengumumkan mengunsung Ahmad Farhan
Hamid sebagai cagub aceh dari PAN. Pernyataan ini di sampaikan ketua dpp PAN Zulkifli
hasan di hadapan ratusan kader di asrama haji banda aceh.(sumber serambi).
Para kadidat calon gubernur aceh yang saat ini
ramai di bincangkan tentu mereka ada kelebihan dan ada kekurangan nya masing-masing.
Isu munculnya beberapa kadidat calon cagub dari parnas, tapi tak akan kalah
dari parlok PA. Yang mana PA sekarang ini sebuah partai kuat di Aceh. Tapi
sayangnya organisai mereka sekarang sudah terpecah belah dan masing-masing
mereka ( meurupah) merebut kursi aceh -1, antara karya Saman, Zaini Abdullah
dan Muzakir Manaf masing-masing mereka mencalonkan diri untuk merebut kursi
aceh-1.
Rakyat Aceh Jangan Mau Di Peralat Partai
Kebanyakan masyarakat aceh sekarang sudah trauma dengan janji-janji
pemimpin, yang mana ketika sebuah kubu
partai terpilih sebagai pemimpin kursi aceh-1 bukan mengutarakan untuk
kepentingan rakyat, tetapi lebih mengutamakan untuk kepentingan kelompoknya, keluarga
dan keponakannya masing-masing, ini sebuah kenyataan yang di rasakan oleh
rakyat Aceh sekarang. Rakyat aceh butuh pemimpin yang tegas, pemberani dan
peduli kepadanya, bukan kepada kelompoknya semata.
Aceh dinilai dengan propinsi yang kaya akan sumber
daya alam (SDA), anggaran yang melimpah dan termasuk daerah otonomi khusus
yaang diberikan oleh pemerintah pusat. Tetapi kenapa pemerintah aceh belum
mampu membebaskan Provinsi Aceh itu dari jurang kemiskinan. kemana anggran APBA
nya? Bagimana pemerintah bekerja untuk rakyat?
Mendahulukan kepentingan dan kelompok tanpa
mengedepankan kepentingan rakyat ,merupakan penyebab utama terjadinya
kekisruhan politik hingga terjadinya konflik internal dengan cara jual beli konflik
dan isu politik. Penyebab ini terjadi karna para calon pemimpin rakyat yang kurang
paham tentang hukum politik dalam islam, tetapi pikirannya sudah merasuk
pikiran-pikiran liberal dan diakibatkan lagi oleh faktor-faktor lain salah
satunya faktor pendidikan agama masih kurang.
Demikian pula dengan demokrasi liberal yang
sengaja di ciptakan oleh elit-elit politik di aceh untuk kepentingan pribadi
dan kelompok tertentu demi mendapatkan kekuasaan ,melahirkan kesenjangan sosial
yang pada akhirnya dapat menghancurkan dan memecah belah rakyat. Disebabkan
oleh partai politik antara kubu-kubu partai yang pro rakyat terhadap satu
partai dan yang tidak pro di situlah terjadi konflik masyarakat yang di
sebabkan oleh partai.
Konflik dan isu politik di jadikan sebagai
alat dagang aceh dengan jakarta ,tawar-menawar otsus demi untuk kepentingan
kalangan elit-elit politik saja. Untuk itu kepada semua rakyat aceh yang masih
ada dan hidup di masa politik sekarang ini mari sama-sama kita membangun
kembali pradaban aceh di masa kalanya yang mana pemimpin kita yang taat akan
Allah dan yang menjalankan Ahlussunah dan peduli kepada rakyat, dan jangan
percaya dengan isu-isu gombalan politik sekarang yang pernah kita rasakan
bersama.
Untuk masyarakat Aceh buka mata lihat,
banyangkan, telitilah terhadap para pemimpin yang akan mencalonkan diri di
pilkada 2017, jangan mudah percaya terhadap janji, jangan takut atas ancaman
para kadidat, jangan mudah mencoblos mereka yang memberi uang sogokan untuk
tujuan membeli suara dari rakyat.pepatah aceh mengatakan teulah si uroe
ureung meurusa telah meuthoen-thoen ureung jak uglee.
Bangsa ini tidak akan berubah kalau masyarakat
terdiam,dan terus berdiam diri dalam naungan politik tipu daya, mari kita semua
berpikir cerdas untuk menentukan nasib kita dan bangsa kita aceh untuk masa
depan bagi anak dan cucu kita.
Penulis
Farhadi
HP : 085262353225